7 Kesalahan dalam berfikir

Pada umumnya ada 7 macam dalam kesalahan berpikir atau kerancuan berpikir .

1. Fallacy of Dramatical Instance

kesalahan berpikir ini berawal dari kecenderungan orang untuk melakukan over-generalitation, yaitu penggunaan satu atau dua kasus untuk mendukung argumen yang bersifat general atau umum. kerancuan semacam ini sangat banyak di temui di masyarakat, dan biasanya overgeneralized di ambil dari satu kasus atau dua kasus sebagai rujukan yang diambil dari pengalaman pribadi seseorang.
contoh yang sangat konkrit yang terjadi, “wanita itu di sakiti oleh pria sebanyak 3 kali dalam hidup nya, lalu di berkesimpulan bahwa semua laki2 itu brengsek”, itu lah contoh konkrit yang sering di temui dari fallacy of Dramatical Instance.

2. Fallacy of Retrospective Determinism

Istilah panjang ini sebenarnya untuk menjelaskan kebiasaan orang yang menganggap masalah yang ada yang sekarang terjadi sebagai sesuatu yang secara historis memang selalu ada, tidak bisa dihindari, dan merupakan akibat dari sejarah yang cukup panjang. misalanya “mengapa pelacuran itu harus dibasmi karena pelacuran itu sepanjang sejarah pelacuran itu ada, dan tidak bisa dibasmi, oleh karena itu yang harus kita lakukan merelokasikan agar tidak ada dampak2 yang tidak diinginkan.”
singkatnya Determinisme retrospektif adalah upaya kembali pada sesuatu yang seolah – olah sudah ditentukan oleh sejarah.

3. Post Hoc Ergo Propter Hoc

istilah ini berasal dari bahasa latin,
Post = sesudah
Hoc = Demikian
Ergo = karena itu
Propter = disebabkan
hoc = demikian
intinya, sesudah itu – karena itu – oleh sebab itu.
memang sulit apabila diterjemahkan secara terminologis, tetapi kata2 yang panjang dan sulit dipahami ini intinya bahwa akibat yang dihasilkan tidak sesuai dengan sebabnya, akan tetapi dipercaya bahwa penyebabnya tidak sesuai itu. contoh konkritnya “orang tua lebih menyayangi seorang anak dibandingkan anak lainnya hanya karena orang tua itu naik pangkat, keadaan ekonominya yang baik setelah mempunyai anak kesayangannya itu. dulu orang tua ini sengsara dan yang kena getah anak pertamanya dan berkata “anak pertama ini membawa sial, zaman anak ini kami sengsara, nah anak yang bungsu ini yang membawa keberuntungan.

4. Fallacy Of Misplaced Concretness

intinya kerancuan ini adalah mengkonkritkan sesuatu yang pada hakikatnya abstrak, misalnya “mengapa Negara A miskin? karena sudah menjadi takdirnya negara A miskin, Takdir merupakan sesuatu yang abstrak, jika jawabannya seperti itu maka Negara A tidak bisa dirubah lagi menjadi negara yang sejahtera.

5. Argumentum Ad Verecundiam

intinya Berargumen dengan menggunakan Otoritas, padahal otoritas itu tidak relevan dan ambigu, otoritas itu sesuatu yang sudah diterima kebenarannya secara mutlak.

6. Fallacy Of Composition

misalnya, dikampung saya, ada orang yang membudidayakan jamur, sehingga menjadi perusahaan besar dan mendatangkan uang yang banyak pada orang tersebut, lalu melihat itu seluruh penduduk menjual kebunnya untuk dijadikan modal berbisnis jamur, akibatnya semua penduduk kampung saya bangkrut karena merosotnya permintaan dan membludak pasokan barang. singkatnya terapi yang berhasil untuk satu orang dianggap berhasil untuk semua orang, inilah Fallacy of composittion.

7. Circular Reasoning

pemikiran yang berputar – putar, menggunakan kesimpulan untuk mendukung asumsi yang digunakan lagi untuk menuju kesimpulan semua, hal ini sangat sering ditemui, ketika saya berdiskusi dengan teman saya, teman saya mengemukakan hipotesis ” apabila organisasi dikembangkan dengan baik maka program transmigrasi akan berjalan lancar.” saya tanya ” apa buktinya organisasi itu berjalan lancar ?” ia jawab “kalau programnya berjalan lancar”. saya tanya lagi “Program lancar, artinya?” ia menjawab ” artinya pengembangan organisasinya baik.” inilah contoh circular reasoning, ini sama saja membuat hipotesis ” apabila seorang manusia laki laki, maka dia pasti pria”.

(Sumber : Rekayasa Sosial – Jalaluddin Rakhmat)

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "7 Kesalahan dalam berfikir "

Post a Comment