Rumah Kaca (1988) adalah buku terakhir dari tetralogi Buru. Pada bagian ini diambil sudut pandang
yang sama sekali tidak terduga dari tiga cerita sebelumnya. Jika kita
masih ingat kisah menegangkan di akhir cerita Jejak Langkah; setelah terjadi peristiwa penembakan Robert Suurhof gembong preman De Zweep
yang kerap mengganggu aktivitas politik Minke yang ternyata dilakukan
atas rencana istrinya sendiri--Prinses van Kasurita dari Maluku yang
digambarkan sebagai perempuan yang sangat pemberani--tanpa sepengetahuan
Minke itu taklain hanyalah sebuah rencana di balik rencana seorang
petinggi polisi Belanda dari Ambon, Pangemanann dengan dua n, untuk menjebak Minke.
Rumah Kaca
ini dikisahkan ditulis sendiri oleh Pangemanann sebagai sebuah proyek
(studi) pribadi tentang perkembangan pemberontakan pribumi. Memang
Pangemanann-lah (seorang pribumi, di dalam cerita) yang ditugasi
pemerintah konolonial untuk mulai melacak akar-akar pemikiran
pemberontakan pribumi yang dalam pengamatannya bermuara pada aktivitas
Minke--dengan segala kegiatannya; penerbitan koran, partai, majalah,
lembaga bantuan hukum, dsb. Maka, dibuatlah rencana jahat untuk
membungkam semua kegiatannya dengan menjebak Minke ke dalam sebuah
konspirasi busuk. Minke harus berbuat salah. Lalu dia harus dihukum.
Tapi, ternyata sangat tidak mudah, Minke sebagai seorang cendekia
pribumi, sadar benar untuk mempelajari hukum Belanda. Maka, rencana
busuk Pangemann ditujukan kepada istrinya. Pangemanann dengan sangat
telaten mempelajari sifat dan informasi tentang Prinses van Kasurita,
dengan kesimpulan; Prinses akan cukup berani untuk membunuh seseorang
demi keselamatan suaminya. Rencana itu mulai dihembuskan lewat
desas-desus bahwa Robert Suurhof akan segera menghabisi Minke.
Dan, terjadilah apa yang direncanakan Prinses untuk menembak gembong
preman itu di tengah keramaian pasar, agar mudah menghilangkan jejak di
tengah keributan yang akan terjadi, juga rencana ini dibantu teman-teman
baik Minke, tanpa sepengetahuan Minke. Padahal itulah rencana besar
Pangemanann untuk menjebak Minke, sebab semua barang bukti akan menjurus
pada satu-satunya senjata api yang resmi dimiliki Minke. Penembakan pun
terjadi, sedikit di luar perhitungan, peristiwa itu terjadi ketika
Pangemanann (yang menyamar sebagai seorang penulis cerita Si Pitung)
justru sedang bersantap dengan Minke. (Ini bisa mengurangi tuduhan
langsung bahwa Minke-lah yang menembak Suurhof, sebab Pangemanann-lah
saksi yang menyertainya ketika peristiwa itu terjadi).
Belum ada tanggapan untuk "e-Book Rumah kaca"
Post a Comment